Monday, May 6, 2013

Terapi behavior

Terapi behavior adalah salah satu tekhnik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah lauku lebih efektif , lalu mampu menggapai situasi dan maslah dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Aktifitas inilah yang disebut sebagai belajar.Tujuan terapi ini adalah menghapus pola tingkah laku maladaptif atau maladjustment, membantu belajar tingkah-laku konstruktif, serta merubah tingkah-laku. Dua aliran utama yang menjadi pijakan dalam metode-metode dan tekhnik-tekhnik pendekatan terapi yang didasarkan kepada teori belajar adalah Pengkondisian Klasik dan Pengkondisian Operan. Pengkondisian Klasik atau pengkondisian responden dari Pavlov sedangkan Pengkondisian Operan dari Skinner. Ciri-ciri dari terapi behavioral yang membedakan dengan terapi lain adalah: 1.Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik. 2.Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapis 3.Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien. 4.Penafsiran objektif atas tujuan terapis Langkah-langkah terapi behavioral: 1.Pembukaan, membangun hubungan pribadi antara terapis dank lien 2.Penjelasan, menerima ungkapan klien apa adanya sertamendengarkan dengan penuh perhatian. Berusaha menentukan jenis masalah dan pendekatan terapi yang sebaiknya diambil 3.Penggalian latar belakang masalah, mengadakan analisa kasus, sesuai dengan pendekatan konseling yang dipilih 4.Penyelesaian masalah, menyalurkan arus pemikiran klien, sesuaidengan pendekatan terapi yang dipilih 5.Penutup, mengakhiri hubungan pribadi dengan terapis Tekhnik-tekhnik terapi Behavior Untuk mencapai tujuan dalam proses terapi diperlukan tekhnik-tekhnik yang digunakan. Untuk pengubahan perilaku ada sejumlah tekhnik yang dapat dilakukan dalam terapi behavior, yaitu: a.Desensitisasi Sistematis, merupakan tekhnik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negative biasanya berupa kecemasan, dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan dengan cara memberikan stimulus yang berangsur dan santai b.Terapi implosif, dikembangkan atas dasar pandangan tentang seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan hilang. Atas dasar itu klien diminta untuk membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan. c.Latihan Perilaku Asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar. d.Pengkondisian Aversi, tekhnik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak di kehendaki tersebut terhambat kemunculannya. e.Pembentukkan Perilaku model, digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, baik menggunakan model audi, model fisik atau lainnya yang dapat teramati dan dipahami jenis perilaku yang akan di contoh. f.Kontrak Perilaku, adalah persetujuan antara dua orang atau lebih(terapis dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi ini terapis memberikan ganjaran positif, dipentingkan daripada memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil. Sumber: Latipun, psikologi konseling(malang:UMM Press, 2001)Riyanti, B.P. Dwi dan Hendro Prabowo. 1998. Psikologi Umum 2.Jakarta: Universitas Gunadarma

Monday, April 29, 2013

RATIONAL-EMOTIF THERAPY

Rational-Emotif Therapy dikenalkan pada tahun 1955 oleh Albert Ellis. Yang lahir pada tanggal 27 September 1913. Rational-Emotif Therapy dibangun berdasarkan ketidak puasan Albert Ellis terhadap teori psikoanalisa serta berdasarkan atas pemahamannya tentang teori Behavioral. Terapi rasional-emotif menurut Ellis mendasarkan pada konsep bahwa berpikir dan berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitik beratkan pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang. Pendekatan psikoteri rasional-emotif menganggap bahwa manusia pada hakekatnya adalah korban dari pola pikirnya sendiri yang tidak rasional dan tidak benar. Karena itu Ellis berkomentar bahwa pendekatan humanistic terlalu lunak dan mengakibatkan persoalan pada diri sendiri karena berpikir tidak rasional. Karena itu terapis dengan pendekatan ini berusaha memperbaiki melalui pola berpikirnya dan menghilangkan pola berpikir yang tidak rasional. Terapi dilihatnya sebagai usaha mendidik kembali (reeducation), jadi terapis bertindak sebagai pendidik, dengan antara lain memberikan tugas yang harus dilakukan pasien serta mengajarkan strategi tertentu untuk memperkuat proses berpikirnya. Proses ini dilakukan dengan pendekatan langsung (directive) dan atau pendekatan elektik. Tujuan terapi ini untuk menghilangkan cara berpikir yang tidak logis, yang tidak rasional dan menggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional. Ada 3 langkah dalam terapi rasional-emotif: 1. Terapis menunjukkan bahwa cara berpikir pasien tidak logis, kemudian membantunya memahami bagaimana dan mengapa pasien sampai pada cara berpikir seperti itu, menunjukkan pula hubungan antara pikiran tidak logis dengan perasaan tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang dialaminya. Pasien baru belajar membedakan antara keyakinan yang rasional dengan yang tidak rasional. 2. Menunjukkan pada pasien, bahwa pasien mempertahankan perilakunya yang terganggu karena pasien meneruskan cara berpikirnya yang tidak logis. Cara berpikir ini lah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang dirasakan dan bukan dari kejadian atau pengalaman yang baru. 3. Langkah ini bertujuan mengubah cara berpikir pasien dengan membuang cara berpikir yang tidak logis. Terapis menggunakan teknik langsung dan teknik mendorong untuk membantu klien membuang pikiran yang logis, yang rasional. Dalam hal ini dibutuhkan peran aktif dari terapis. Secara singkat terapi ini menggunakan pendekatan langsung untuk “menyerang” dan menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran yang rasional dan logis. Pendekatan dengan terapi rasional-emotif ini menurut Ellis, dapat digunakan untuk menghadapi masalah-masalah klinis seperti: depresi, ansietas, gangguan karakterologis, sikap melawan, masalah seks, percintaan, perkawinan, pengasuhan, masalah perilaku anak dan remaja. Selain untuk masalah-masalah klinis tetapi terapi ini dapat juga digunakan unutk menyelesaikan masalah hukum, olahraga, organisasi, dan dunia bisnis. Ciri-Ciri Rational Emotive Therapy(RET) sebagai berikut: • Dalam menelusuri masalah klien yang di bantu nya, konselor berperan lebih aktif di bandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasanya peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang di hadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang di hadapi artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan di sesuaikan dengan potensi yang di miliki nya. • Dalam proses hubungan konseling harus tetap di ciptakan dan di pelihara hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan klien. • Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini di pergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah Cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional. • Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau klien. • Diagnosis (rumusan masalah) yang di lakukan dalam konseling rasional emotif bertujuan untuk membuka ketidak logisan cara berfikir klien. Dengan melihat permasalahan yang di hadapi klien dan faktor penyebabnya, yakni menyangkut cara pikir klien yang tidak rasional dalam menghadapi masalah, yang pada intinya menunjukkan bahwa cara berpikir yang tidak logis itu sebenarnya menjadi penyebab gangguan emosionalnya. Sumber : Gunarsa, Prof. Dr. Singgih D. 1996. Konseling dan Terapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Monday, April 22, 2013

Analisis Transaksional

Teori analisis transaksional dikemukakan oleh Eric Berne (1964) yang di tuliskannya dalam buku Games People play. Berne adalah seorang ahli ilmuan jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam sebuah hubungan. Analisis transaksional sebenernya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang di pertukarkan). Dalam diri setiap manusia memiliki 3 status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada Sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic); Sikap orang dewasa ( Adult= A. neopsychic); Dan ego anak (Child= C. arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki oleh setiap manusia (baik dewasa,anak-anak,maupun orang tua) Tehnik dan proses Terapi Proses terapi dalam pendekatan analisis transaksional terdiri dari beberapa metode yaitu: a. Analisis Struktural Merupakan perangkat yang bisa menjadikan manusia sadar akan isi dan berfungsinya orang tua Klien dapat belajar mengidentifikasi status ego mereka. b. Analisis Transaksional Suatu deskripsi tentang apa yang di kerjakan dan dikatakan orang tentang dirinya sendiri dan orang lain. Yang terjadi antar manusia melibatkan transaksi status ego, jika pesan disampaikan diharapkan ada respon 3 jenis transaksi, komplementer, lintas dan tersembunyi Transaksi komplementer ini dapat terjadi jika antara stimulus dan respon cocok, tepat dan memang yang diharapkan sehingga transaksi ini akan berjalan lancar. Misalnya pembicaraan antar dua individu yang sama-sama menggunakan status ego orangtua,dewasa, anak-anak. Transaksi silang, ini terjadi jika antara stimulus dan respon tidak cocok atau tidak sebagaimana yang diharapkan dan biasanya komunikasi ini akan terganggu. Transaksi terselubung terjadi jika antara dua status ego beroprasi berasam-sama. Biasanya dapat dirasakan meliputi dewasa diarahkan kedewasa, akan tetapi menyembunyikan suatu pesan yang sebenarnya. Misalnya dewasa ke anak, atau orangtua ke anak. c. Pemodelan Keluarga Untuk menangani orangtua, orang dewasa dan anak-anak dan konstan Klien diminta membayangkan suatu scenario yang mencakup sebanyak mungkin orang yang signifikan pada masa lalu, termasuk dirinya Klien sebagai sutradara, produser dan actor d. Analisis Permaian & Racket Melukiskan sebuah permaianansebagai “urut-urutan transaksi tersembunyi yang komplementer yang terus menerus berjalan maju kea rah terciptanya hasil-hasil yang tertata baik dan bisa diramalkan” e. Analisis Suratan Bagian dari proses terapi yang akan bisa mengidentifikasi pola hidup yang diikuti klien Klien memungkinkan memilih alternatif baru pada saat menjalani kehidupan Tujuan Terapi Membantu pihak klien dalam rangka membuat keputusan baru, yaitu tentang tingkahlakunya sekarang yang diarahkan pada kehidupannya, caranya dengan jalan membantu klien menghadapi masalahnya berkaitan dengan kebebasan memilih dan memberikan pilihan untuk menentukan cara hidupnya Peran dan fungsi terapis Terapis berperan sebagai guru adalah menerangkan tehnik seperti analisis struktural, analisis transaksional, analisi naskah, dan analisis permainan. Terapis membantu klien dalam rangka menemukan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan, mengadaptasi rencana hidup, dan mengembangkan strategi dalam berhubungan dengan orang lain. Terapis membantu klien dalam menentukan alternatif-alternatif. Tugas terapis menolong klien mendapatkan perangkat yang diperlukan untuk mendapat perubahan, menolongklien untuk menemukan kekuatan internal mereka, untuk mendapatkan perubahan dengan jalan mengambilkeputusan yang lebih cocok. Hubungan antara terapis dan klien Terapi ini menuntut adanya keterampilan dan kepekaan yang tinggi terapis untuk menjalin hubungan kerja dengan klien. Terapis untuk aktif dan bersikap mengarahkan serta berfungsinya sebagai konsultan dan yang bisa menyelesaikan masalah. Sumber: Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. PT Eresco De Blot SJ. 1992, Analisis Transaksional (jilid 1) Mengenal diri dengan Analisis Transaksional Berpangkal Pada Budaya Indonesia, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta

Monday, April 15, 2013

Logoterapi

Logoterapi dikemukakan oleh Viktor Emile Frankl. Frankl lahir pada tanggal 26 Maret 1905 di Wina dari pasangan Gabriel Frankl dan Elsa Frankl. Frankl yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dibesarkan dalam keluarga yang religius dan berpendidikan. Ibunya seorang Yahudi yang taat, dan Ayahnya merupakan pejabat Departemen Sosial yang banyak menaruh perhatian pada kesejahteraan sosial. Frankl menaruh minat yang besar terhadap persoalan spiritual, khususnya berkenaan dengan makna hidup (Koeswara, 1992). Logoterapi adalah bentuk penyembuhan melalui penemuan makna dan pengembangan makna hidup, dikenal dengan therapy through meaning. Dalam psikologi, logoterapi dikelompokkan dalam aliran eksistensial atau Psikologi Humanistik. Logoterapi dapat dikatakan sebagai corak psikologi yang memandang manusia, selain mempunyai dimensi ragawi dan kejiwaan, juga mempunyai dimensi spiritual, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat akan hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama manusia. Frankl memandang spiritual tidak selalu identik dengan agama, tetapi dimensi ini merupakan inti kemanusiaan dan merupakan sumber makna hidup yang paling tinggi (Bastaman, 2007). Inti dari ajaran logoterapi adalah: • Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna. • Kehendak akan hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap manusia. • Dalam batasan-batasan tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tujuan hidupnya. • Hidup yang bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan (experiential values), dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values TIGA FUNGSI MANUSIA MENURUT LOGOTHERAPY: 1.Kesadaran dan Ketidaksadaran 2.Hati Nurani 3.Makna Hakikat Manusia dalam Logoterapi 1. Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual. 2. Frankl menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang terintegrasi dengan dimensi ragawai dan kejiwaan. Oleh karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak disalahpahami sebagai konsep agama. 3. Dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu melakukan self-detachment, yakni dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri. 4. Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan fisik dan sekitarnya Konsep Dasar Logoterapi: a. Makna Hidup (Meaning of Life) Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup terkait dengan alasan dan tujuan dari kehidupan itu sendiri. b. Nilai-nilai Kreatif Nilai-nilai kreatif merupakan nilai-nilai yang didapat dengan cara beraktivitas secara langsung terhadap suatu pekerjaan yang bisa membawa diri kita merasa bermakna. Pekerjaan ini tidak hanya terbatas pada pekerjaan yang bersifat formal dan menghasilkan uang, namun juga pekerjaan-pekerjan yang bersifat non-profit. Dalam sebuah pekerjaan, Frankl menekankan bahwa apapun pekerjaan itu dapat memberikan makna terhadap individu yang melakukannya. c. Nilai-nilai Penghayatan Nilai-nilai penghayatan merupakan suatu kegiatan menemukan makna dengan cara meyakini dan menghayati sesuatu. Sesuatu ini dapat berupa kebenaran, kebajikan, keyakinan agama, dan keimanan. Frankl percaya bahwa seseorang dapat menemukan makna dengan menemui kebenaran, baik melalui keyakinan agama atau yang bersumber dari filsafat hidup yang sekuler sekalipun. d. Nilai-nilai Bersikap Nilai ini merupakan sikap yang diambil terhadap sebuah penderitaan yang tidak dapat dielakkan atau tak terhindarkan (inavoid moment). Hal ini bisa dalam bentuk kematian seseorang yang dicintai, penyakit yang tak dapat disembuhkan atau kecelakaan yang tragis. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin hal ini sama halnya dengan takdir yang dikenal dalam masyrakat kita. Sikap-sikap yang dikembangkan dalam hal ini antara lain menerima dengan ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak dapat dielakkan. e. Dimensi Manusia dalam Logoterapi Dalam aliran-aliran psikologi seperti psikoanalisa dan behavior, spiritualitas sangat diabaikan. Psikoanalisa hanya menekankan pada aspek-aspek psikologis yang merupakan wujud dari tuntutan kebutuhan jasmani. Sedangkan behavior menekankan aspek fisik atau perilaku yang tampak. f. Sindroma Ketidakbermaknaan Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1992), seseorang yang tidak menemukan makna hidup akan mengalami sindroma ketidakbermaknaan (syndrom of meaninglessness). Sindroma ini terdiri dari dua tahapan yaitu kevakuman eksistensi (existential vacum) dan neurosis noogenik. Macam macam Terapi Logoterapi: 1. Intensi Paradoksikal Teknik intensi paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan kasus kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi atau gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti. Landasan dari intensi paradoksikal adalah kemampuan manusia untuk mengambil jarak atau bebas bersikap terhadap dirinya sendiri (Boeree, 2007). Contohnya, individu yang menghindari eritrofobia selalu cemas kalau-kalau dirinya gemetaran dan mandi keringat ketika berada di dalam ruangan yang penuh dengan orang. Kemudian, karena telah ada antisipasi sebelumnya, individu benar-benar gemetaran dan mandi keringat ketika dia memasuki ruangan yang penuh dengan orang. Individu pengidap eritrofobia ini berada dalam lingkaran setan. Gejala gemetaran dan mandi keringat menghasilkan kecemasan, kemudian kecemasan antisipatori ini menimbulkan gejala-gejala gemetaran dan mandi keringat. Jadi gejala antisipatori mengurung individu di dalam kecemasan terhadap kecemasan. 2. Derefleksi Derefleksi merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman, 2007). Pasien dengan teknik ini diderefleksikan dari gangguan yang dialaminya kepada tugas tertentu dalam hidupnya atau dengan perkataan lain dikonfrontasikan dengan makna. Apabila fokus dorongan beralih dari konflik kepada tujuan-tujuan yang terpusat pada diri sendiri, maka hidup seseorang secara keseluruhan menjadi lebih sehat, meskipun boleh jadi neurosisnya tidak hilang sama sekali. 3. Bimbingan Rohani Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya (Koeswara, 1992). Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut. Tahap utama Proses konseling logoterapi • Tahap perkenalan dan pembinaan rapport. • Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah. • Pada tahap pembahasan bersama, konselor dankonseli bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. • Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba member interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikapdan perilaku konseling. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195901101984032-EUIS_FARIDA/put_logoterapi_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf

Monday, April 8, 2013

Clien Centered Therapy

Clien-Centered Therapy adalah terapi yang dikembangkan oleh Carl Rogers yang didasarkan kepada asumsi bahwa klien merupakan ahli yang paling baik bagi dirinya sendiri dan merupakan orang yang mampu untuk memecahkan masalahnya sendiri. Tugas terapis adalah mempermudah proses pemecahan masalah mereka sendiri. Terapis juga tidak mengajukan pertanyaan menyelidik, membuat penafsiran, atau menganjurkan serangkaian tindakan. Istilah terapis dalam pendekatan ini kemudian lebih di kenal dengan istilah fasilitator (Atkinson dkk, 1993) Untuk mencapai pemahaman klien terhadap permasalahan yang di hadapi, maka diri terapis di perlukan beberapa persyaratan antara lain adalah: empati, rapport, dan ikhlas. Tujuan terapi adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya dan dapat mengalami aspek dari sebelumnya terganggu. Di samping itu terapi bertujuan membantu klien agar dapat bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaan yang lebih besar kepada dirinya, keinginan untuk menjadi pribadi, dan meningkatkan spontanitas hidup. Klien dikatakan sudah sembuh apabila: (1) kepribadiannya terintegrasi, dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya atas tanggung jawab diri, memiliki gambaran diri yang serasi dengan pengalaman sendiri, (2) mempunyai tilikan diri, dalam arti memandang fakta yang lama dengan pandangan baru, (3) mengenal dan menerima diri sendiri sebagaimana adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan, (4) dapat memilih dan menentukan tujuan hidup atas tanggung jawab sendiri. 1. Kritik dan kontribusi Beberapa kritik terhadap konseling berpusat pada klien antara lain: a. Terlalu menekankan pada aspek afektif, emosional, perasaan sebagai penentu perilaku, tetapi melupakan faktor intelektif, kognitif, dan rasional. b. Penggunaan informasi untuk membantu klien, tidak sesuai dengan teori. c. Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas, umum dan longgar sehingga sulit untuk menilai setiap individu. d. Tujuan ditetapkan oleh klien, tetapi tujuan terapi kadang-kadang dibuat tergantung lokasi terapis dan klien. e. Meskipun terbukti bahwa terapi client-centered diakui efektif tetapi bukti-bukti tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggung jawabnya. f. Sulit bagi terapis untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal. Kontribusi yang diberikan antara lain, dalam hal: a. Pemusatan pada klien dan bukan pada terapis dalam proses terapi. b. Identifikasi dan penekanan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian. c. Lebih menekankan pada sikap terapis daripada teknik. d. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif. e. Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam proses terapi. Sumber: Surya, Prof. DR. H. Mohamad. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Riyanti,B.P. Dwi dan Hendro Prabowo.1998.Psikologi Umum 2. Jakarta:Universitas Gunadarma

Sunday, March 31, 2013

Terapi Humanistik-Eksistensial

Dasar dari terapi Humanistik adalah penekanan keunik kan setiap individu serta memusatkan perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan perwujudan dirinya. Dalam terapi ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya memecahkan masalahnya sendiri. Terapi-terapi humanistik-eksistensial memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar. terapi ini juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa sekarang dan bukan pada masa lampau. Namun terapi-terapi humanistik-eksistensial juga memperhatikan masa lampau sebagai peristiwa dan pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan perasaan individu saat ini. Salah satu pendekatan yang di kenal dalam terapi Humanistik ini adalah terapi yang berpusat kepada klien atau Clien-Centered Therapy. Clien-Centered Therapy Clien-Centered Therapy adalah terapi yang dikembangkan oleh Carl Rogers yang didasarkan kepada asumsi bahwa klien merupakan ahli yang paling baik bagi dirinya sendiri dan merupakan orang yang mampu untuk memecahkan masalahnya sendiri. Tugas terapis adalah mempermudah proses pemecahan masalah mereka sendiri. Terapis juga tidak mengajukan pertanyaan menyelidik, membuat penafsiran, atau menganjurkan serangkaian tindakan. Istilah terapis dalam pendekatan ini kemudian lebih di kenal dengan istilah fasilitator (Atkinson dkk, 1993) Untuk mencapai pemahaman klien terhadap permasalahan yang di hadapi, maka diri terapis di perlukan beberapa persyaratan antara lain adalah: empati, rapport, dan ikhlas. Tujuan dari Clien-Centered Therapy adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi pribadi yang dapat berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan tersebut terapis perlu mengusahakan agar klien dapat menghilangkan topeng yang dikenakannya dan mengarahkannya menjadi dirinya sendiri. Langkah-langkah dalam proses terapi: 1. Individu datang meminta bantuan, 2. Situasi bantuan biasanya dijelaskan (ditetapkan), 3. Terapis mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan-perasaan nya dengan bebas berkenaan dengan masalah yang dihadapinya, 4. Terapis menerima,mengakui, dan menjelaskan perasaan-perasaan negatif pasien, 5. Apabila perasaan-perasaan negatif pasien telah diungkapkan sepenuhnya maka perasaan-perasaan itu disusul oleh ungkapan samar- samar dan ragu-ragu dari perasaan-perasaan positif yang mendatangkan pertumbuhan, 6. Terapis menerima dan mengakui perasaan-perasaan positif yang diungkapkan itu seperti halnya dia menerima dan mengakui perasaan negatif, 7. Pemahaman tentang diri dan penerimaan diri merupakan aspek berikutnya yang penting dari seluruh proses, 8. Bercampur baur dengan proses pemahaman ini-- langkah-langkah yang dikemukakan sama sekali tidak esklusif antara yang satu dengan yang lain dan juga langkah-langkah tersebut tidak berlangsung secara kaku -- merupakan suatu proses penjelasan mengenai keputusan-keputusan dan rangkaian tindakkan yang mungkin diambil, 9. Terjadilah suatu perkembangan lebih lanjut -- pemahaman diri yang lebih lengkap dan akurat karena individu mulai berani menyelidiki tindakan-tindakannya sendiri secara lebih memdalam, 10. Tindakan positif yang integratif dari klien semakin meningkat. Ketakutan dalam dirinya semakin berkurang khususnya untuk mengadakan pilihan dan menjadikannya lebih yakin akan tindakan yang terarah kepada dirinya sendiri (self-directed action), 11. Perasaan untuk membutuhkan bantuan berkurang dan pengakuan dari pihak klien bahwa hubungan itu harus berakhir. Sumber : Semiun, Yustinus. Kesehatan Mental Edisi 3 Riyanti,B.P. Dwi dan Hendro Prabowo.1998.Psikologi Umum 2. Jakarta:Universitas Gunadarma

Monday, March 25, 2013

TERAPI PSIKOANALISIS (FREUD)


*    Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi

*    Secara historis → aliran pertama dari 3 aliran utama psikologi

*    Sumbangan utama psikoanalisis :
1.     kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bias diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia
2.     tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh factor tak sadar
3.     perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yg kuat thd kepribadian dimasa dewasa
4.     teori psikpanalisis menyediakan kerangka kerja yg berharga untuk memahami cara-cara yg di use oleh individu dalam mengatasi kecemasan
5.     terapi psikoanalisis telah memberikan cara2 mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi2

*    Konsep2 utama terapi psikoanalisis
1.     struktur kepribadian
·        id
·        ego
·        super ego
2.     pandangan ttg sifat manusia
·        pandangan freud ttg sifat manusia pd dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik
3.     kesadaran & ketidaksadaran
·        konsep ketaksadaran
Ø mimpi2 → merupakan representative simbolik dari kebutuhan2, hasrat2  konflik
Ø salah ucap / lupa → thd nama yg dikenal
Ø sugesti pascahipnotik
Ø bahan2 yg berasal dari teknik2 asosiasi bebas
Ø bahan2 yg berasal dari teknik proyektif
4.     Kecemasan
·        Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsi → memperingatkan adanya ancaman bahaya

·        3 macam kecemasan
Ø Kecemasan realistis
Ø Kecemasan neurotic
Ø Kecemasan moral

*    Tujuan terapi Psikoanalisis
·        Membentuk kembali struktur karakter individu dg jalan membuat kesadaran yg tak disadari didalam diri klien
·        Focus pd uapaya mengalami kembali pengalaman masa anak2

*    Fungsi & peran Terapis
·        Terapis / analis membiarkan dirinya anonym serta hny berbagi sedikit perasaan & pengalaman shg klien memproyeksikan dirinya kepada teapis / analis
·        Peran terapis
Ø Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hub personal dlm menangani kecemasan secara realistis
Ø Membangun hub kerja dg klien, dg byk mendengar & menafsirkan
Ø Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan2 klien
Ø Mendengarkan kesenjangan2 & pertentangan2 pd cerita klien

*    Pengalaman klien dlm terapi
·        Bersedia melibatkan diri kedalam proses terapi yg intensif & berjangka panjang
·        Mengembangkan hub dg analis / terapis
·        Mengalami krisis treatment
·        Memperoleh pemahamn atas masa lampau klien yg tak disadari
·        Mengembangkan resistensi2 untuk belajar lbh byk ttg diri sendiri
·        Mengembangkan suatu hub transferensi yg tersingkap
·        Memperdalam terapi
·        Menangani resistensi2 & masalah yg terungkap
·        Mengakhiri terapi

*    Hub terapis & klien
·        Hub dikonseptualkan dalam proses tranferensi yg menjadi inti Terapi Psikoanalisis
·        Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pd terapis “ urusan yg belum selesai” yg terdapat dalam hub klien dimasa lalu dg org yg berpengaruh
·        Sejumlah perasaan klien timbul dari konflik2 seperti percaya lawan tak percaya, cinta lawan benci
·        Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik masa dininya yg menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan & dendamnya
·        Jika analis mengembangkan pandangan yg tidak selaras yg berasal dari konflik2 sendiri, mk akan terjadi kontra transferensi
Ø Bentuk kontratransferensi
→ perasaan tdk suka / keterikatan & keterlibatan yg berlebihan
Ø Kontratransferensi dapat mengganngu kemajuan terapi

*    Teknik dasar Terapi Psikoanalisis
1.     Asosiasi bebas
→ adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu
2.     Penafsiran
→ Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi2 bebas, mimpi2, resistensi2 dan transferensi
* bentuk nya = tindakan analis yg menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna2 t.l
3.     Analisis Mimpi
→ Suatu prosedur yg penting untuk menyingkap bahan2 yg tidak disadari dan memberikan kpd klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan
4.     Analisis dan Penafsiran Resistensi
→ Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan2 yg ada dibalik resistensi shg dia bias menanganinya
5.     Analisis & Penafsiran Transferensi
→ Adalah teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi


Monday, January 7, 2013

Multikulturalisme



Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.

Pengertian multikulturalisme menurut beberapa ahli
  • “Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007).
  • Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).
  • Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174).
  • Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary 1991, Watson 2000).
  • Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).
Jenis Multikulturalisme == Berbagai== macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh):
  1. Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
  2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
  3. Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
  4. Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
  5. Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.

Sumber   :

http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme

Akulturasi Psikologis



Akulturasi Psikologis

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Dan kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi Asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan). Menariknya dalam melihat dan mengamati proses akulturasi dikarenakan adanya Deviasi Sosiopatik seperti mental disorder yang menyertainya. Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor kebutuhan, motivasi dan lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku.
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya
Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Jadi, akulturasi psikologis adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan perilaku tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu perilaku asing. Perilaku asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam perilakunya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur periaku kelompok sendiri. Singkatnya terdapat perpaduan antara perilaku sendiri dengan perilaku asing, tanpa menghilangkan unsur perilaku kelompok sendiri.
http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi