Monday, April 29, 2013

RATIONAL-EMOTIF THERAPY

Rational-Emotif Therapy dikenalkan pada tahun 1955 oleh Albert Ellis. Yang lahir pada tanggal 27 September 1913. Rational-Emotif Therapy dibangun berdasarkan ketidak puasan Albert Ellis terhadap teori psikoanalisa serta berdasarkan atas pemahamannya tentang teori Behavioral. Terapi rasional-emotif menurut Ellis mendasarkan pada konsep bahwa berpikir dan berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitik beratkan pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang. Pendekatan psikoteri rasional-emotif menganggap bahwa manusia pada hakekatnya adalah korban dari pola pikirnya sendiri yang tidak rasional dan tidak benar. Karena itu Ellis berkomentar bahwa pendekatan humanistic terlalu lunak dan mengakibatkan persoalan pada diri sendiri karena berpikir tidak rasional. Karena itu terapis dengan pendekatan ini berusaha memperbaiki melalui pola berpikirnya dan menghilangkan pola berpikir yang tidak rasional. Terapi dilihatnya sebagai usaha mendidik kembali (reeducation), jadi terapis bertindak sebagai pendidik, dengan antara lain memberikan tugas yang harus dilakukan pasien serta mengajarkan strategi tertentu untuk memperkuat proses berpikirnya. Proses ini dilakukan dengan pendekatan langsung (directive) dan atau pendekatan elektik. Tujuan terapi ini untuk menghilangkan cara berpikir yang tidak logis, yang tidak rasional dan menggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional. Ada 3 langkah dalam terapi rasional-emotif: 1. Terapis menunjukkan bahwa cara berpikir pasien tidak logis, kemudian membantunya memahami bagaimana dan mengapa pasien sampai pada cara berpikir seperti itu, menunjukkan pula hubungan antara pikiran tidak logis dengan perasaan tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang dialaminya. Pasien baru belajar membedakan antara keyakinan yang rasional dengan yang tidak rasional. 2. Menunjukkan pada pasien, bahwa pasien mempertahankan perilakunya yang terganggu karena pasien meneruskan cara berpikirnya yang tidak logis. Cara berpikir ini lah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang dirasakan dan bukan dari kejadian atau pengalaman yang baru. 3. Langkah ini bertujuan mengubah cara berpikir pasien dengan membuang cara berpikir yang tidak logis. Terapis menggunakan teknik langsung dan teknik mendorong untuk membantu klien membuang pikiran yang logis, yang rasional. Dalam hal ini dibutuhkan peran aktif dari terapis. Secara singkat terapi ini menggunakan pendekatan langsung untuk “menyerang” dan menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran yang rasional dan logis. Pendekatan dengan terapi rasional-emotif ini menurut Ellis, dapat digunakan untuk menghadapi masalah-masalah klinis seperti: depresi, ansietas, gangguan karakterologis, sikap melawan, masalah seks, percintaan, perkawinan, pengasuhan, masalah perilaku anak dan remaja. Selain untuk masalah-masalah klinis tetapi terapi ini dapat juga digunakan unutk menyelesaikan masalah hukum, olahraga, organisasi, dan dunia bisnis. Ciri-Ciri Rational Emotive Therapy(RET) sebagai berikut: • Dalam menelusuri masalah klien yang di bantu nya, konselor berperan lebih aktif di bandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasanya peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang di hadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang di hadapi artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan di sesuaikan dengan potensi yang di miliki nya. • Dalam proses hubungan konseling harus tetap di ciptakan dan di pelihara hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan klien. • Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini di pergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah Cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional. • Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau klien. • Diagnosis (rumusan masalah) yang di lakukan dalam konseling rasional emotif bertujuan untuk membuka ketidak logisan cara berfikir klien. Dengan melihat permasalahan yang di hadapi klien dan faktor penyebabnya, yakni menyangkut cara pikir klien yang tidak rasional dalam menghadapi masalah, yang pada intinya menunjukkan bahwa cara berpikir yang tidak logis itu sebenarnya menjadi penyebab gangguan emosionalnya. Sumber : Gunarsa, Prof. Dr. Singgih D. 1996. Konseling dan Terapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

No comments:

Post a Comment